Jumat, 03 September 2010

Materi 5. Historiografi Pendidikan dan Pendidikan Historiografi (Pengajar: Prof. Dr. Suhartono)


PENGANTAR

Sejarah adalah peristiwa masa lalu yang diceritakan kembali dengan dasar bukti-bukti. Jadi, sejarawan bertugas merekonstruksi konstruksi peristiwa masa lalu. Dalam sejarah kritis, ketaatan terhadap bukti dan metode menjadi hal mutlak. Dan itu masih dianut dan menjadi keharusan dalam studi sejarah di berbagai universitas di dunia. Tetapi, karena saat ini sejarah bukanlah konsumsi akademisi saja, melainkan konsumsi masyarakat luas, maka kepentingan atas sejarah kritis adalah kepentingan seluruh segi sosial terutama masyarakat.

Namun, sejarah kritis yang kami maksud dalam surat ini sedikit berlainan dengan makna tersebut. Meski sejarawan taat terhadap bukti dan metode, senyatanya proses kerja sejarawan tidaklah bebas nilai. Mengapa demikian? Karena sejarah bekerja pada wilayah manusia, artinya yang dilihat adalah masa lalu manusia di mana ideologi, politik, kekuasaan / kepentingan selalu menjadi kodrati manusia dalam dunia. Usaha mempertahankan ataupun menghancurkan ideologi, politik, kekuasaan / kepentingan, selalu ada dalam kehidupan. Jikalau demikian, maka narasi sejarah berpeluang besar untuk menjadi media dalam hal ini.

Indonesia memiliki pengalaman selama ini bagaimana nilai kekuasaan dari negara berperan besar dalam narasi sejarah yang dibuat. Sehingga narasi lain yang tidak sesuai akan disirnakan, sejarawannya dibungkam. Era reformasi 12 tahun terakhir, bangsa ini telah mencoba mengembangkan demokrasi nir otoriter. Sehingga kebebasan berpendapat termasuk pendapat narasi sejarah dijamin. Maka muncullah narasi-narasi alternatif selain milik negara. Memang kebebasan tersebut secara legal dijamin negara, namun dalam prakteknya, negara masih membatasi dengan aparat-aparatnya. Selain itu, kekuatan sipil kontra-demokrasi juga menghalang-halangi apa yang tidak sesuai dengan mereka.

Keberagaman narasi sejarah tersebut mendapatkan respon positif di satu sisi, namun di sisi lain memberikan tantangan tersendiri dalam dunia pendidikan kita. Guru sejarah menjadi belajar bagaimana mengajarkan sejarah tidak hanya berdasar pada teks buku semata. Artinya, belajar sejarah adalah belajar tentang pertimbagan-pertimbangan keputusan peristiwa masa lalu. Jadi tidak soal tanggal dan apa yang terjadi. Banyak faedah yang ada dalam narasi sejarah yang dapat diberikan pada generasi muda di bangku sekolah ataupun kuliah. Sebuah pembekalan yang sangat berguna misalnya tentang proyeksi kepemimpinan nasional. Sejarah berusaha memproyeksikan kebelakang cita-cita masa sekarang, salah satunya misalnya perhatian besar raja-raja pada kesehateraan rakyat. Selain itu, proyeksi bagaimana pemimpin disimbolkan sebagai pribadi raja yang kuat, berpendirian, dan tegas dalam mengambil keputusan. Proyeksi yang belum kita temui pada realitas kenegaraan kita sekarang.

Yang hilang dari dunia sejarah saat ini adalah media pendidikan yang diharapkan menjadi referensi utama atas perilaku-perilaku berbangsa dan bernegara kini. Kegelisahan ini merupakan representasi kegelisahan masyarakat. Bagaimana menjamin ketersediaannya narasi sejarah yang dapat menjadi sarana referensi bertindak bagi masyarakat? Salah satu jalan adalah memeriksa kembali narasi-narasi sejarah serta di balik narasi-narasi tersebut untuk selanjutnya menjadi pemahaman masyarakat luas. Pemeriksaan tersebut kami sebut berada dalam Ruang Sejarah Kritis.

PELAKSANAAN

Hari / Tgl    :  Jumat, 19 November 2010
Pukul         :  16.00-18.00
Tempat      :  Multiculture Campus Realino
                    Kompleks Lembaga Studi Realino
                    Mrican, Yogyakarta
Pengajar    :  Prof. Dr. Suhartono
                    (Guru Besar Sejarah Unviersitas Gajah Mada)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar