Senin, 06 September 2010

Kursus Ruang Sejarah Kritis



Menguak Historiografi Indonesia


Pendahuluan
Pada saat ini, sejarah diminati bukan karena ia menceritakan peristiwa lampau, tetapi justru karena dapat menggambarkan situasi saat ini dengan perantara narasi peristiwa lampau. Pada saat yang sama, sebenarnya mempelajari sejarah yakni menaksir jejaring peristiwa masa depan dengan fakta bacaan masa kini tersebut.
Ruang pengetahuan bagi masyarakat saat ini sudah menjadi kebutuhan mendesak. Demikian halnya dengan pengetahuan tentang sejarah bangsanya sendiri. Ketika reformasi menjadi sebuah era, kebebasan berpendapat dilapangkan. Sejarawan juga mencoba berfikir kritis untuk melihat ulang narasi sejarah penguasa. Sejarah yang enggan ditulis pada dulunya, saat ini coba dituliskan (alternative). Penulisan sejarah lokal masyarakat juga semakin marak dikerjakan. Maka, pada saat ini, bermuncullah narasi sejarah yang lebih banyak perspektif.
Kalau dihitung sejak 1998, kelapangan itu sudah 12 tahun dihirup oleh bangsa Indonesia. Demikian juga pada intelektual Indonesia bebas menulis sejarah sesuai perspektif masing-masing. Persoalan yang mengemuka yakni apakah pekerjaan menyebarkan narasi sejarah telah selesai? Jawabannya; Belum. Mengapa? Karena masih saja ada kekuatan-kekuatan negara ataupun barikade-barikade sipil yang bertindak kontra-demokrasi ataupun anti keberagaman, dalam konteks ini: keberagaman narasi sejarah.
Di sisi lain, selama 12 tahun itu juga, kita jarang sekali menelaah ulang ataupun melakukan otokritik atas karya-karya yang dikerjakan. Kritikan yang kritis selayaknya dilayangkan ke narasi sejarah baik era pra reformasi maupun saat ini. Karena semua tahu bahwa narasi sejarah tidak pernah final, setidaknya karena sejarawan tidak mungkin menyajikan kemutlakan sejumlah fakta sejarah. Jika ada fakta baru, bolehlah ada pengajuan narasi baru atas hal yang sama. Narasi yang diajukan perlu disadari merupakan hasil pembacaan orang atas fakta. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bagaimana seharusnya membaca sejarah melalui bacaan orang atas fakta sejarah?
Saat ini perlu ada semacam ruang belajar untuk melihat ulang apa yang kita lihat sebagai sejarah, dan apa yang kita baca sebagai narasi sejarah. Untuk itu dalam menanggapi fakta yang ada, Citralekha bekerjasama dengan Multiculture Campus Realino menyelenggarakan pendidikan alternatif “Ruang Kajian Sejarah Kritis: Menguak Historiografi Indonesia”.

Tujuan

  1. Ruang Sejarah Kritis ini diselenggarakan untuk mengkaji, mengkritisi dan mempertanyakan kembali Historiografi Indonesia.
  2. Untuk meningkatkan kemampuan para peminat sejarah dalam penulisan sejarah.
  3. Menanamkan kesadaran dan kebanggaan sejarah bangsa Indonesia


Hasil
Kualitas historiografi sejarawan yang semakin berbobot dan baik
Munculnya komunitas pecinta penulisan sejarah yang hidup dan berkelanjutan

Sasaran
Mahasiswa,Guru. dosen, wartawan, LSM, penulis dan peneliti sejarah dan masyarakat umum

Konsep
Kursus ini diselenggarakan secara rutin, dengan berbagai materi, pengajar, metode belajar dan perlengkapan teknis yang berkualitas dan berkompeten.
Kursus bersifat kontekstual dan berbasis dialog (sharing) Pengetahuan.

Pengajar
Pengajar yang dipilih adalah berdasarkan kompetensi, otoritas dan popularitas terhadap bidangnya. Mengingat di Yogyakarta sendiri memiliki banyak penulis yang handal, maka pengajar tersebut diambil dari wilayah ini.


 Kurikulum Ruang Sejarah Kritis


1.Jumat, 22 Oktober 2010
Pengantar Perspektif Sejarah kritis di Indonesia
Dr. Baskara T Wardaya (Pusat Sejarah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma)

2.Jumat, 29 Oktober 2010
Ham dalam Sejarah
Prof. Dr. Martino Sardi (Pusat Studi HAM dan Demokrasi Universitas Atmajaya Yogyakarta)

3.Jumat, 5 November 2010
Pelurusan Sejarah Indonesia
Dr. Anton Haryono, M.Hum (Staf Pengajar Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

4.Jumat, 12 November 2010
Dekonstruksi Historiografi Indonesia
Prof. Dr. Bambang Purwanto (Guru Besar Sejarah Universitas Gajah Mada)

5.Jumat, 19 November 2010
Historiografi Pendidikan dan Pendidikan Historiografi
Prof. Dr. Suhartono (Guru Besar Sejarah Universitas Gajah Mada)*

* dalam konfirmasi

Sesi  tambahan
Jumat, 26 November 2010
Penulisan Sejarah dan Dinamika Penerbitan
Tim penerbitan Buku

Metode pengajaran
Pembelajaran ini dilakukan setiap minggu sekali pada beberapa kali pertemuan. Metode yang digunakan adalah belajar dalam kelas yang aktif dan dinamis, yaitu dengan diskusi, presentasi, dinamika kelompok, praktek menulis dan sebagainya.

Waktu dan Tempat
Kursus diadakan pada setiap jumat sore jam 16.00-18.00 WIB (max peserta 50 orang), tempat pembelajaran dilaksanakan di ruang Multiculture Campus Realino (MCR).

Biaya
Penyelenggaraan kursus ini bersifat swadaya, untuk itu setiap peserta dikenakan biaya sebesar:
Mahasiswa S2 dan Umum :Rp. 300.000,00
Mahasiswa S1 dan Guru :Rp. 200.000,00 (dengan menunjukan kartu identitas yang berlaku)

Fasilitas
Sertifikat, Blocknote + alat tulis, materi, snack +minuman, Magang di Multiculture Campus Realino**, ruang belajar nyaman, ber-AC dan parkir yang luas

**syarat dan ketentuan berlaku


Informasi Kursus
Sekretariat Citralekha
D/A Multiculture Campus Realino (MCR)
Kompleks Lembaga Studi Realino - Universitas Sanata DharmaYogyakarta
Jl. Affandi – Gejayan, Mrican, Yogyakarta
CP: Agus (085296630671), Krisna (085729233101).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar